Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Reog Ponorogo
MAKALAH PENELITIAN SOSIAL TENTANG
PERAN PEMERINTAH
TERHADAP KESENIAN REOG PONOROGO
Mata Kuliah
Metode Penelitian Sosiologi
Dosen Pengampu
Ust.Yeyen Subandi
Program Studi Imu Hubungan Internasioanl
Fakultas Humaniora
Univesitas Darusssalam Gontor
Ponorogo
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas Penelitian Ilmiah Sosiologi ini. Tidak lupa juga saya
ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Sosiologi yaitu Bapak Yeyen Subandi
yang telah membimbing saya agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun
karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang pentingnya islamisasi ilmu pengetahuan apalagi kita
sebagai generasi penerus islam yang mayoritas muslim harus benar benar
mendalaminya agar tidak tergerus oleh arus globalisasi yang semakin kedepan
semakin tidak memikirkan unsur unsur agama. Karya ilmiah ini kami susun dan
sajikan berdasarkan pengamatan kami dari berbagai sumber, karya tulis ilmiah
ini disusun oleh:
1) Hasan Assaid
2) Nur Huda
3) Taufik
4) Naufal
5) Alief Salsabila Afif
6) Aulia Shalahuddin Yunus
Dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT. akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para
pelajar, umum khususnya untuk diri kami sendiri dan semua yang membaca karya
tulis ilmiah kami ini, dan mudah mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca.
Akhir kata kami kami sebagai penulis berharap
semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk seluruh mahasiswa UNIDA
agar bisa lebih memahami apa itu islamisasi ilmu pengetahuan dan khususya bagi
para pembaca pada umumnya. Kami menyadari mungkin masih ada banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang.........................................................................................................................
a) rumusan
masalah................................................................................................................
b) tujuan penelitian..................................................................................................................
c) manfaat
penelitian...............................................................................................................
d)
metode penelitian................................................................................................................
BAB II
LANDASAN TEORI
a)
Pengertian
kesenian Reog Ponorogo…………………………………………………….
b)
Sejarah
kesenian Reog Ponorogo………………………………………………………..
c)
Tokoh-tokoh
dalam kesenian Reog Ponorogo…………………………………………...
d)
Apa
peran pemerintah dalam mengatasi kesenian Reog Ponorogo yang akan luntur…………………
BAB III
HIPOTHESIS PENELITIAN
BAB IV
PENUTUP
1) Kesimpulan.................................................................................................................................
2) Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kebudayaan adalah
suatu aspek yang menyelimuti setiap kehidupan manusia, yang dimiliki dan
dihayati bersama. Didalam kebudayaan terdapat suatu kepercayaan yang dianut
oleh setiap umat manusia yang biasanya berupa kesenian dan adat istiadat. Kata
dasar dari kebudayaan adalah “budaya” , yang memiliki arti pikiran, akal budi
dan hasil. Menurut Koentjaningrat seoraang tokoh Ahli Antropologi. Kebudayaan
adalah seluruh kemampuan umat manusia yang berdasarkan pemikiran, tercermin
pada perilaku dan benda-benda hasil karya mereka, yang diperoleh dengan cara
belajar. Demikian kebudayaan adalah ciptaan manusia. Dalam era globalisasi ini
banyak dari masyarakat menganggap bahwa kesenian khas daerah yang dalam hal ini
adalah Reog Ponorogo hanya sebuah kesenian masa lalu yang memanggil setan
dengan aura mistis. Dan dalam kenyataan semakin banyak masyarakat sudah
melupakan kesenian warisan kebudayaan daerah karena semakin majunya hiburan.
Reog Ponorogo adalah sebuah kesenian khas Ponorogo yang akan luntur apabila
tidak ada peran pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dalam melestarikan
kesenian tersebut dan bahkan warga Negara lain yang menyabotase kesenian ini.
Maka apabila ini terjadi akan terjadi suatu kontrovensi apabila w negara
tetangga mulai mengakui kesenian khas negara kita.
Rumusan Masalah
a)
Apa
peran pemerintah dalam mengatasi kesenian Reog Ponorogo?
Tujuan
Penelitian
a)
Menjelaskan
pengertian kesenian Reog Ponorogo
b)
Mengetahui
parat tokoh kesenian Reog Ponorogo
Manfaat
Penelitian
a)
Agar
dapat mendalami apa itu kesenian Reog Ponorogo
b)
Sebagai
kepentingan manusia
c)
Sebagai
kepentingan peradaban umat manusia
Metode
Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang kami perlukan, para
penyusun menggunakan metode dengan studi lapangan. Perwakilan dari kami
mewawancarai seorang informan. Kemudian untuk mendapatkan informasi dan data
yang benar ,kami juga studi lapangan ke Dinas Kebudayaan Ponorogo.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Pengertian Reog Ponorogo
Reog
adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian
barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut
tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di
Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat.
Sejarah Reog Ponorogo
Pada
dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang
asal-usul Reog dan Warok (Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978-1979, Reog
di Jawa Timur, Jakarta). Namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah
cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa
Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki
Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang
berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan
yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia
lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni
bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan
dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan
kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan
pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui
pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja
Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun
perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai
"Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan
diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang
menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala
gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang
menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang
menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng
badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang
berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan
menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre
Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh
warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran
akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara
diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk
dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat,
namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter
dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri
Genthayu.
Versi
resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia
dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri
dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan
Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam
tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya
merupakan tarian perang antara KerajaanKediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu
ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan"
saat mementaskan tariannya.
Tokoh-tokoh dalam seni Reog
a)
Jathil
Jathil
adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog.
Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang
sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara
penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan
kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget
sang penari.
Jathilan
ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau
mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin.
Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta
untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para
penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan
pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini
didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku
(lugu) dan irama ngracik.
b)
Warok
"Warok"
yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci,
memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih
wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena
mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang
baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa
(Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada
pengendapan batin).
Warok
merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah
daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus.
Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan
peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang
betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
c)
Barongan
(Dadak merak)
Barongan
(Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog
Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari
kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak,
kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk
menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian
manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam
dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog.
[4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30
meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
d)
Prabu
Klono Sewandono
Klono
Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki
pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut
Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu
membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya.
Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa,
dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah
hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena
sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang
menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
e)
Bujang
Ganong (Ganongan)
Bujang
Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang
enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga
disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya
anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan,
berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Peran Pemerintah Daerah
a) Dalam
Pembinaan Reog Ponorogo
· Pembinaan Secara Kontinyu.
Dalam
rangka melestarikan kesenian daerah khususnya Reog Ponorogo, Group Reog Singo
Mangkujoyo bekerja sama dengan Instansi Terkait yaitu Pemerintah Kota (Pemkot)
Surabaya khususnya Dinas Pariwisata (Disparta) Surabaya. Adapun pembinaan yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
·
Pembinaan Secara
Langsung.
Pemerintah
Daerah melalui Disparta Surabaya membantu dan mendukung prasarana demi
lancarnya suatu pementasan / pertunjukan. Disamping Pemerintah Daerah,
Bekangdam V/Brawijaya juga mendukung sepenuhnya sarana maupun prasarana guna
memfasilitasi setiap kegiatan pementasan Reog Singo Mangkujoyo.
·
Pembinaan Secara
Tidak Langsung.
Untuk
meningkatkan kwalitas maupun kwantitas, Penulis selaku Pimpinan Group Reog
Singo Mangkujoyo selalu memberikan masukan, arahan dan penekanan kepada
Personil Reog Singo Mangkujoyo tentang berkreasi yang sehat dan harmonis serta
selalu menjaga nama baik Singo Mangkujoyo khususnya Bekangad dimanapun mereka
berada sehingga Reog Singo Mangkujoyo tetap eksis di blantika kesenian seiring
dengan perkembangan jaman.
Untuk
selalu menjaga agar tetap terbinanya kesenian Reog dan Kuda Lumping (Jaranan),
kami selaku Pimpinan Reog menjadwalkan program latihan, disesuaikan dengan
waktu yang ada karena hal ini menyangkut profesi / pekerjaan individu anggota
Reog Singo Mangkujoyo sehingga tidak mempengaruhi pekerjaan yang digeluti
sehari-hari. Tujuan dari latihan yang kontinyu dan terjadwal yaitu agar tetap
terjaga kwalitas maupun kwantitas permainan dan bisa mengembangkan serta
menciptakan daya kreasi olah gerak tari yang baru, harmonis, tetapi tidak
keluar dari pakem / batas-batas yang telah ditentukan.
Untuk
menjalin rasa persatuan dan kesatuan sesama Group Reog Ponorogo serta untuk,
mewadahi penggelut seni, maka di Surabaya dibentuklah suatu Paguyuban Reog
dengan nama Paguyuban Reog Surabaya (PURBOYO), dimana beranggotakan 68 Group
Reog yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, Krian dan Gresik. Adapun tujuan
dibentuknya PURBOYO yaitu disamping untuk mewadahi Group Reog, juga agar bisa
menjaga rasa persatuan dan kesatuan, menjaga tali silahturahmi sesama penggelut
seni khususnya Seni Reog Ponorogo serta agar bisa mengetahui perkembangan
kesenian Reog Ponorogo saat ini.
b) Dalam
Pelestarian Reog Ponorogo
Dengan
ini pemerintah daerah Ponorogo melestarikan kesenian Reog Ponorogo dengan cara
pementasan. Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa
peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog
Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian pertama
biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam,
dengan muka dipoles warna merah.Para penari ini menggambarkan sosok singa yang
pemberani.Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki
kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari
laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang
harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan
lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan
lucu.
Setelah
tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung
kondisi dimana seni reog ditampilkan.Jika berhubungan dengan pernikahan maka
yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan,
biasanya cerita pendekar, Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti
skenario yang tersusun rapi.Disini selalu ada interaksi antara pemain dan
dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton.
Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain
bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni
reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan
terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala
singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat topeng ini bisa
mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan
gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang
berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
·
Alur
Pertunjukan
Tari
Reog modern sering dipentaskan dalam acara pernikahan, khitanan dan hari-hari
besar Nasional.Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian
pembukaan.Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan
pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.Para penari ini
menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang
dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda.Pada reog tradisionil, penari ini
biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini
dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu
tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian
oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah
tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung
kondisi dimana seni reog ditampilkan.Jika berhubungan dengan pernikahan maka
yang ditampilkan adalah adegan percintaan.Untuk hajatan khitanan atau sunatan,
biasanya cerita pendekar.Adegan dalam seni reog tidak ada skenario karena
selalu terjadi interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan)
dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas
dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih
dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada
penontonnya.
Adegan
terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala
singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat topeng ini bisa
mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan
gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang
berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
·
Musik
Pengiring Reog Ponorogo
Musik
pengiring ini di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok penyanyi yang terdiri
dari dua penyanyi yang menyanyi lagu daerah seperti Jathilan Jonorogo apabila
diadakan di kabupaten Ponorogo dan apabila di Surabaya para aguyuban reog di
Surabaya sering menggantinya dengan Semanggi Surabaya atau Jembatan Merah yang
merupakan lagu khas Surabaya dengan bahasa jawa lalu kelompok instrument
gamelan memiliki anggota sekitar 9 orang yang terdiri dari:
Ø Orang
penabuh gendang
Ø 1
orang penabuh ketipung atu gendang terusan.
Ø Orang
peniup slompret
Ø 2
orang penabuh kenong
Ø 1
orang penabuh gong
Ø 2
orang pemain angklung
Salah
satu ciri khas dari tabuhan reog adalah bentuk perpaduan irama yang berlainan
antara kethuk kenong dan gong yang berirama selendro dengan bunyi slompret yang
berirama pelog sehingga menghasilkan irama yang terkesan magis.
·
Alat
Musik Yang Mengiringi Reog Ponorogo
Alat
musik dalam gamelan reog berjumlah 9 buah.
Ø Orang
penabuh gendang dimainkan dengan dipukul dan terbuat dari kayu dan kulit sapi
Ø 1
orang penabuh ketipung atu gendang terusan. dimainkan dengan dipukul dan
terbuat dari kayu, alumunium dan kulit sapi
Ø Orang
peniup slompret dimainkan dengan ditiup dan terbuat dari bambu 2 orang penabuh
kenong dimainkan dengan dipukul dengan menggunakan alat dan terbuat dari logam
dan kayu
Ø 1
orang penabuh gong dimainkan dengan dipukul dengan alat dan terbuat dari logam
dan kayu
Ø orang
pemain angklung dimainkan dengan digoyang dan terbuat dari bamboo
·
Lagu
Daerah Yang Mengiringi Reog Ponorogo
Judul
nyanyian yang digunakan tergantung tempat di tampilkan seperti Semanggi
Suroboyo atau Jathilan Ponorogo
Ø Nyanyian
yang dinyanyikan menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa jawa.
Ø Nyanyian
di reog ini dinyanyikan selama ± 20 menit
·
Reog
di Masa Sekarang
Seniman
Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada
perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika
seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo
dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa
yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana
Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir.
Saat
salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski
tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai
berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog
dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog
Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan
ragam geraknya.
Pelestarian
Reog Ponorogo ini bukan hanya di dalam negeri. Namun di luar negeri pemerintah
berupaya untuk melestarikannya. Dengan menghadirkan Reog Ponorogo dalam lomba-lomba
kebudayaan tingkat internasional. Bahkan Reog Ponorogo ini sering mendapatkan
juara tingkat internasional dalam mewakili kebudayaan Indonesia. Berikut
prestasi-prestasinya :
1.
Tahun 1973. Dalam
rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Paris.
2. Tahun
1973. Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World
Expo) di Noumea-New Calidonea.
3. Tahun
1973Prestasi : JUARA II TINGKAT DUNIA. Mewakili Bangsa Indonesia dalam rangka
Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti.
4. Tahun
1988. Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World
Expo) '88 di Brisbane-Australia.
5. Tahun
1992. Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World
Expo) '92 di Sevilla-Spanyol.
6. Tahun
1992. Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World
Expo) '92 di Perth-Australia.
7. Tahun
1994. Dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kuala
Lumpur - Malaysia.
8. Tahun
1995. Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di London -
Inggris.
9. Tahun
1996. Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di Bangkok
- Thailand.
BAB
III
HIPHOTESI
PENELITIAN
Dari
hasil wawancara kami kepada salah satu seorang Dinas Kebudayaan Reog Ponorogo,
kami menyimpulkan bahwa :
Reog
adalah salah satu kesenian yang berasal
dari Jawa Timur yang letaknya di daerah Kabupaten Ponorogo. Dan Reog aadalah
salah satu kesenian yang masih kental akan hal-hal yang berbau mistik yang
didalam nya memiliki beberapa peranan, seperti jathil, warok, barongan, prabu
klonosuwandono dan bujang ganong. Dan disetiap peranan memiliki arti
tersendiri. Reog juga mempunyai sejarah yang amat menarik, yang mana sejarah
tersebut memiliki makna khusus nya bagi kota Ponorogo. Namun banyak yang
tertarik dengan kesenian reog ini hingga negara tetangga pun ingin mengakuinya.
Karena kesenian ini sangat menarik dan cultural untuk dipertunjukkan.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Reog
adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian
barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Pada
dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang
asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah
cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra
Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu
murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan
prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan
berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia
mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu
kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari
kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar
bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
“sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi
cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan
kepopuleran Reog.
Saran
Sebagai
masyrakat dan generasi muda Indonesia kita harus menjaga dan melestarikan
peninggalan budaya Indonesia dan jangan malu buat belajar dan mempromosikan ke
dunia internasional agar Negara tetangga tau bahwa ini laah budaya Indonesia
ini laah yang di miliki Indonesia dan tidak di klaim oleh bangsa asing salah satu
nya yang saya bahas ini yaitu reog ponorogo yang di klaim Malaysia. Padahal
jelas reog ponorogo merupakan asli daribudaya Indonesia, jadi sebagai masyrakat
dan generasi muda Indonesia kita harus mau mempelajari dan mempertahankan
budaya negri sendiri jangan sudah di klaim baru berteriak teriak bahwa itu
punya Indonesia, kalau bukan kita generasi muda siapa lagi yang tergerak hati
nya untuk mempertahankan budaya Indonesia kita ini.
Comments
Post a Comment